ANTI MALARIA
A. Pendahuluan
Malaria masih merupakan
masalah kesehatan di dunia baik di negara-negara berkembang maupun di
negara-negara maju. Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Organization Health
= WHO) sekitar 41% penduduk dunia atau kurang lebih 2,3 miliar penduduk
tinggal di daerah endemis yang berisiko terinfeksi malaria. Sebanyak 300-500
juta diantaranya terinfeksi malaria setiap tahunnya, dan diperkirakan 1,5 –2,7
juta meninggal per tahun terutama balita, ibu hamil.1 Kondisi malaria di
Indonesia tidak jauh berbeda dengan kondisi malaria di dunia. Di pulau Jawa dan
Bali tingkatan API (Annual Parasite Incidence) turun menjadi 0,06 per
mil tahun 1995 dari 0,19 per mil tahun 1993. Di luar pulau Jawa dan Bali
kondisinya lebih memprihatinkan lagi, meskipun Annual Malaria Incidence (AMI)
menurun dari 20,3 per mil pada tahun 1993 menjadi 19,13 per mil pada tahun 1995.2
Dalam upaya pengendalian
malaria, diperlukan penanganan yang terpadu. Selain pengendalian vector dengan
insektisida diperlukan juga pengobatan radikal pada tiap kasus yang ditemukan.
Kemoprofilaksis dan pengobatan terhadap kasus dan simtomatik dilaksanakan
secara meluas untuk mengurangi penderitaan yang ditimbulkan penyakit ini.3
Obat antimalaria yang ideal
adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan stadium parasit, menyembuhkan
infeksi akut maupun laten, efek samping ringan dan toksisitas rendah.. Obat
antimalaria dikelompokkan menurut rumus kimia dan efek atau cara kerja obat
pada stadium parasit.
B.
Pengaertian
Anti Malaria adalah obat-obat yang
digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit
bersel tunggal (protozoa) yang ditularkan melelui gigitan nyamuk anopheles betina yang menggigit pada
malam hari denan posisi menjungkit.
C.
Ciri-ciri penyakit malaria
v Demam berkala disertai menggigil
v Nyeri dikepala dan nyeri pada otot
v Timbul rasa mual dan muntah, akibat dari membesarnya hati
v Terjadi anemia
D.
Jenis Penyakit Malaria
Nama penyakait
|
Malaria Tropika
|
Malaria Tertiana
|
Malaria Kwarta
|
Penyebabnya
|
Plasmodium Falcifarum
|
Plasmodium Vivax dan
ovale
|
Plasmodium Malariae
|
Gejala
|
àSerangan
demam tidak
menentu ,disertai nyeri kepala
hebat.
à
Bila terjadi kerusakan
eritrosit dalam jumlah
besar
yang dapat menyumbat
pembuluh kapiler ke otak ,
maka dapat menimbulkan
kematian
|
àDemam
berkala
Yang sering timbul
setiap 3 hati sekali.
|
àDemam
berkala
Setiap
4 hari sekali
|
Sifat-sifatnya
|
Tidak residif (dapat
sembuh total tidak
berulang kambuh)
|
Residif (sering
kambuh) karena
adanya bentuk exo
eritrosyt sekunder
|
Residif (sering
kambuh) karena
adanya bentuk exo
eritrosyt sekunder
|
E.
Penggolongan Obat Malaria
Ø Obat – obat pencegah / profilaktik
Contoh : berbagai obat anti gigitan nyamuk , misalnya anti nyamuk
bakar , anti nyamuk listrik, anti nyamuk semprot, anti nyamuk lotio, roll on
,dll
Ø Obat – obat penyembuh / pencegah demam = kurativum
Contoh : kina, kloroquin, pirimethamin,meflukoin, dll
Ø Obat – obat pencegah kambuh
Contoh : primakuin
Ø Obat-obat pembunuh gametosid
F.
Mekanisme Aksi Antimalaria
1. Antimalaria yang memiliki struktur dasar
kuinolin yaitu kuinin, klorokuin, amodiakuin dan meflokuin.
Untuk kelangsungan hidupnya Plasmodium
falciparum memerlukan zat makanan yang diperoleh dengan cara mencerna
hemoglobin dan vacuola makanan yang bersifat asam. Hemoglobin yang dicerna
selain menghasilkan asam amino yang menjadi nutrient bagi parasit, juga
menghasilkan zat toksik yang disebut ferryprotoporphyrin (FP IX). Klorokuin dan
antimalaria yang mengandung cincin quinolin lainnya membentuk kompleks dengan
FP IX dalam vacuola. Kompleks obat-FP IX tersebut sangat toksik
dan tidak dapat bergabung membentuk pigmen. Toksin kompleks obat-FP IX meracuni vacuola menghambat ambilan ( intake )
makanan sehingga parasit mati kelaparan.5,6Kompleks klorokuin-FP IX juga mengganggu permeabilitas membrane parasit dan pompa
proton membrane. Mekanisme kerja yang lain adalah dengan berinterkelasi dengan
DNA parasit dan menghambat DNA polimerase (kuinin). Klorokuin juga bersifat
basa lemah sehingga, masuknya klorokuin ke dalam vakuola makanan yang bersifat
asam akan meningkatkan pH organel tersebut. Perubahan pH akan menghambat
aktivitas aspartase. dan cysteinase protease yang
terdapat di dalam vakuola makanan sehingga metabolisme parasit terganggu.
Tidak seperti kuinin dan
aminokuinolin lainnya, meflokuin tidak berinterkelasi dengan DNA. Meflokuin
bekerja dengan menghambat pengeluaran (up take) klorokuin pada sel yang
terinfeksi, mekanisme ini menerangkan efek antagonis dari klorokuin dan
meflokuin pada parasit yang sedang tumbuh. Meflokuin berinterferensi dengan
transport hemoglobin dari eritrosit pada vacuola makanan di parasit. Meflokuin
hanya mempengaruhi bentuk aseksual dari parasit dan tidak mempengaruhi efek
pada bentuk exo-eritrosit hati atau stadium gametosid.
2.
Anti Malaria yang merupakan analog
p-aminobenzoat dan dihidrofolat reduktase inhibitor (DHFR) yaitu sulfonamida
dan pirimetamin atau trimetoprim.
Jalur sintesis asam folat
merupakan salah satu dari target kerja obat-obat antimalaria. Sejumlah obat
antimalaria merupakan analog dari p-aminobenzoat (PABA) dan dihidrofolat
reduktase inhibitor.
Pada hewan tingkat tinggi
folat didapati dari makanan (eksogen), sedangkan mikroorganisme sintesis
dihidrofolat sangat penting. Mekanisme kerja antagonis folat adalah dengan
menghambat sintesis folat. Seperti pada bakteri, plasmodium harus mensintesis
asam folat de novo menggunakan PABA sebagai metabolit yang penting. Asam
folat direduksi menjadi asam tetrahidrofolat oleh enzim dihidrofolat reduktase
(DHFR).
Senyawa sulfonamida dan
inhibitor DHFR bekerja dengan menyebabkan hambatan sintesis asam
tetrahidrofolat sehingga menghambat pertumbuhan plasmodium. Kombinasi
pirimetamin+ sulfadoksin, pirimetamin +
dapson, bekerja dengan cara ini.
3. Artemisin yaitu senyawa aktif yang
terdapat di dalam Artemisia annua (Qing hao).
Penggunaan Qing hao sebagai
antimalaria pertama kali ditulis oleh Li Shizen di dalam Compendium of
Materia Medica pada tahun 1596, namun isolasi senyawa aktifnya yaitu
artemisin baru dilakukan tahun 1972.
Artemisin adalah senyawa
seskuiterpenlakton. Mekanisme kerjanya adalah dapat berinteraksi dengan
ferriprotoporphyrin IX (heme) di dalam vakuola makanan parasit yang bersifat
asam dan menghasilkan spesies radikal yang bersifat toksik. Jembatan peroksida
di dalam pharmacophore trioksan penting untuk aktivitas antimalarianya.
Struktur jembatan peroksida pada molekul artemisin dapat diputus oleh ion Fero
yang berasal dari hemoglobin, menjadi radikal bebas yang sangat reaktif,
sehingga dapat mematikan parasit.
Artemisin dan derivatnya
bekerja sebagai skizontosid darah. Selama pertumbuhan dan penggandaannya dalam
sel darah merah, parasit memakan dan
menghancurkan sampai 80 persen
sel hemoglobin inang dalam bagian ruang yang dinamakan vakuola makanan. Ini
akan melepaskan Fe2+-hem, yang teroksidasi menjadi Fe3+-hematin, dan kemudian
mengendap dalam vakuola makanan membentuk pigmen kristal disebut hemozoin.
Efek
antimalaria dari artemisin disebabkan oleh masuknya molekul ini ke dalam
vakuola makanan parasit dan kemudian berinteraksi dengan Fe2+-hem.
Interaksi menghasilkan radikal bebas yang menghancurkan komponen vital parasit
sehingga mati.
4. Atovaquon.
Mekanisme
kerja atovaquon sebagai antimalaria adalah menghambat elektron transport di
mitokondria dan mengganggu membran potensial mitokondria plasmodium.13
Mitokondria merupakan organel subseluler yang terdapat diluar inti. Organel ini
memiliki dua membran, membran sebelah luar dan membran sebelah dalam membentuk
sejumlah lipatan yang menjorok ke matriks yang disebut krista, struktur ini
berhubungan dengan aktivitas pernafasan, sebab protein yang berperan di dalam
transport elektron dan fosforilasi oksidatif terikat pada membran sebelah
dalam. DNA mitokondria dari Plasmodium terdiri dari 3 komponen elektron
transport yaitu: subunit 1 dan 3 sitokrom C oksidase dan apositokrom b.
5. Golongan lain adalah heparin,
dekstran sulfat, fucoidin, chondroitin sulfat.
Mekanisme
kerja yang lain adalah dengan menghambat proses invasi plasmodium pada
eritrosit. Parasit menginvasi eritrosit melalui 4 tahap yaitu: perlekatan
merozoit dengan eritrosit, perubahan mendadak eritrosit yang terinfeksi,
invaginasi membran eritrosit dimana parasit melekat dan selanjutnya pembentukan
kantong merozoit dan terakhir penutupan kembali membran eritrosit disekeliling
parasit. Setelah masuk kedalam eritrosit, merozoit bentuknya membulat dan semua
organelnya hilang. Parasit berada dalam membran vakuola parasitophorous dan
tampak berbentuk cincin. Proses ini melibatkan ligan yang spesifik dan
reseptor.
6. Golongan antibiotika seperti
Tetrasiklin, Klindamisin, dan Kloramfenikol
NO
|
Nama generik
|
Nama dagang
|
Sediaan
|
pabrik
|
1
|
Klorokuin
Chloroquinum
|
Nivaquine
Riboquin
Resochin
|
250 mg/
tablet
100 mg, 300
mg/tablet ,25 mg/ml syr
250 mg/
tablet
|
Aventis
Dexa Medica
Bayer
|
2
|
Sulfadoxin +
pyrimetamin
|
Fansidor
Suldox
|
Per tablet:
Sulfadoxine 500mg,
Pyrimethamine
250 mg
|
Roche
Actavis
|
3
|
Eukinin /
kinin etil karbonat
(Quinini
Aethyl Carbonat )
|
Euchinin
|
100 mg /
tablet
|
Kimia Farma
|
7. Golongan ini bekerja dengan
menghambat sintesis protein dengan berikatan pada ribosom 70 S dari mitokondria
parasit sehingga plasmodium tidak dapat mensintesis proteinnya sendiri sebagai
akibatnya dapat menghambat pertumbuhan plasmodium tersebut.
G.
spesialite obat-obat malaria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar