Jumat, 21 Februari 2014

ANTI MALARIA



ANTI MALARIA
A. Pendahuluan
Malaria masih merupakan masalah kesehatan di dunia baik di negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju. Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Organization Health = WHO) sekitar 41% penduduk dunia atau kurang lebih 2,3 miliar penduduk tinggal di daerah endemis yang berisiko terinfeksi malaria. Sebanyak 300-500 juta diantaranya terinfeksi malaria setiap tahunnya, dan diperkirakan 1,5 –2,7 juta meninggal per tahun terutama balita, ibu hamil.1 Kondisi malaria di Indonesia tidak jauh berbeda dengan kondisi malaria di dunia. Di pulau Jawa dan Bali tingkatan API (Annual Parasite Incidence) turun menjadi 0,06 per mil tahun 1995 dari 0,19 per mil tahun 1993. Di luar pulau Jawa dan Bali kondisinya lebih memprihatinkan lagi, meskipun Annual Malaria Incidence (AMI) menurun dari 20,3 per mil pada tahun 1993 menjadi 19,13 per mil pada tahun 1995.2
Dalam upaya pengendalian malaria, diperlukan penanganan yang terpadu. Selain pengendalian vector dengan insektisida diperlukan juga pengobatan radikal pada tiap kasus yang ditemukan. Kemoprofilaksis dan pengobatan terhadap kasus dan simtomatik dilaksanakan secara meluas untuk mengurangi penderitaan yang ditimbulkan penyakit ini.3
Obat antimalaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan stadium parasit, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, efek samping ringan dan toksisitas rendah.. Obat antimalaria dikelompokkan menurut rumus kimia dan efek atau cara kerja obat pada stadium parasit.
B.                   Pengaertian
Anti Malaria  adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal (protozoa) yang ditularkan melelui gigitan nyamuk  anopheles betina yang menggigit pada malam hari denan posisi menjungkit.
C.                       Ciri-ciri penyakit malaria
v Demam berkala disertai menggigil
v Nyeri dikepala dan nyeri pada otot
v Timbul rasa mual dan muntah, akibat dari membesarnya hati
v Terjadi anemia
D.  Jenis Penyakit Malaria
Nama penyakait
Malaria Tropika
Malaria Tertiana
Malaria Kwarta
Penyebabnya
Plasmodium Falcifarum
Plasmodium Vivax dan
ovale
Plasmodium Malariae
Gejala
àSerangan demam tidak
menentu ,disertai nyeri kepala
 hebat.
à Bila terjadi kerusakan
eritrosit dalam jumlah  besar
 yang dapat menyumbat
 pembuluh kapiler ke otak ,
maka dapat menimbulkan
 kematian
àDemam berkala
Yang sering timbul
 setiap  3 hati sekali.
 àDemam berkala
Setiap 4 hari sekali
Sifat-sifatnya
Tidak residif (dapat
 sembuh total  tidak
berulang kambuh)
Residif  (sering
kambuh) karena
 adanya bentuk exo
eritrosyt sekunder
Residif  (sering
kambuh) karena
 adanya bentuk exo
eritrosyt sekunder

E.                        Penggolongan Obat Malaria
Ø Obat – obat pencegah / profilaktik
Contoh : berbagai obat anti gigitan nyamuk , misalnya anti nyamuk bakar , anti nyamuk listrik, anti nyamuk semprot, anti nyamuk lotio, roll on ,dll
Ø Obat – obat penyembuh / pencegah demam = kurativum
Contoh : kina, kloroquin, pirimethamin,meflukoin, dll
Ø Obat – obat pencegah kambuh
Contoh : primakuin
Ø Obat-obat pembunuh  gametosid
F.                      Mekanisme Aksi Antimalaria
1.      Antimalaria yang memiliki struktur dasar kuinolin yaitu kuinin, klorokuin, amodiakuin dan meflokuin.
Untuk kelangsungan hidupnya Plasmodium falciparum memerlukan zat makanan yang diperoleh dengan cara mencerna hemoglobin dan vacuola makanan yang bersifat asam. Hemoglobin yang dicerna selain menghasilkan asam amino yang menjadi nutrient bagi parasit, juga menghasilkan zat toksik yang disebut ferryprotoporphyrin (FP IX). Klorokuin dan antimalaria yang mengandung cincin quinolin lainnya membentuk kompleks dengan FP IX dalam vacuola. Kompleks obat-FP IX tersebut sangat toksik dan tidak dapat bergabung membentuk pigmen. Toksin kompleks obat-FP IX meracuni vacuola menghambat ambilan ( intake ) makanan sehingga parasit mati kelaparan.5,6Kompleks klorokuin-FP IX juga mengganggu permeabilitas membrane parasit dan pompa proton membrane. Mekanisme kerja yang lain adalah dengan berinterkelasi dengan DNA parasit dan menghambat DNA polimerase (kuinin). Klorokuin juga bersifat basa lemah sehingga, masuknya klorokuin ke dalam vakuola makanan yang bersifat asam akan meningkatkan pH organel tersebut. Perubahan pH akan menghambat aktivitas aspartase. dan cysteinase protease yang terdapat di dalam vakuola makanan sehingga metabolisme parasit terganggu.
Tidak seperti kuinin dan aminokuinolin lainnya, meflokuin tidak berinterkelasi dengan DNA. Meflokuin bekerja dengan menghambat pengeluaran (up take) klorokuin pada sel yang terinfeksi, mekanisme ini menerangkan efek antagonis dari klorokuin dan meflokuin pada parasit yang sedang tumbuh. Meflokuin berinterferensi dengan transport hemoglobin dari eritrosit pada vacuola makanan di parasit. Meflokuin hanya mempengaruhi bentuk aseksual dari parasit dan tidak mempengaruhi efek pada bentuk exo-eritrosit hati atau stadium gametosid.
2.     Anti Malaria yang merupakan analog p-aminobenzoat dan dihidrofolat reduktase inhibitor (DHFR) yaitu sulfonamida dan pirimetamin atau trimetoprim.
Jalur sintesis asam folat merupakan salah satu dari target kerja obat-obat antimalaria. Sejumlah obat antimalaria merupakan analog dari p-aminobenzoat (PABA) dan dihidrofolat reduktase inhibitor.
Pada hewan tingkat tinggi folat didapati dari makanan (eksogen), sedangkan mikroorganisme sintesis dihidrofolat sangat penting. Mekanisme kerja antagonis folat adalah dengan menghambat sintesis folat. Seperti pada bakteri, plasmodium harus mensintesis asam folat de novo menggunakan PABA sebagai metabolit yang penting. Asam folat direduksi menjadi asam tetrahidrofolat oleh enzim dihidrofolat reduktase (DHFR).
           Senyawa sulfonamida dan inhibitor DHFR bekerja dengan menyebabkan hambatan sintesis asam tetrahidrofolat sehingga menghambat pertumbuhan plasmodium. Kombinasi pirimetamin+ sulfadoksin, pirimetamin + dapson, bekerja dengan cara ini.

3.     Artemisin yaitu senyawa aktif yang terdapat di dalam Artemisia annua (Qing hao).
Penggunaan Qing hao sebagai antimalaria pertama kali ditulis oleh Li Shizen di dalam Compendium of Materia Medica pada tahun 1596, namun isolasi senyawa aktifnya yaitu artemisin baru dilakukan tahun 1972.
Artemisin adalah senyawa seskuiterpenlakton. Mekanisme kerjanya adalah dapat berinteraksi dengan ferriprotoporphyrin IX (heme) di dalam vakuola makanan parasit yang bersifat asam dan menghasilkan spesies radikal yang bersifat toksik. Jembatan peroksida di dalam pharmacophore trioksan penting untuk aktivitas antimalarianya. Struktur jembatan peroksida pada molekul artemisin dapat diputus oleh ion Fero yang berasal dari hemoglobin, menjadi radikal bebas yang sangat reaktif, sehingga dapat mematikan parasit.
Artemisin dan derivatnya bekerja sebagai skizontosid darah. Selama pertumbuhan dan penggandaannya dalam sel darah merah, parasit memakan dan
menghancurkan sampai 80 persen sel hemoglobin inang dalam bagian ruang yang dinamakan vakuola makanan. Ini akan melepaskan Fe2+-hem, yang teroksidasi menjadi Fe3+-hematin, dan kemudian mengendap dalam vakuola makanan membentuk pigmen kristal disebut hemozoin.
Efek antimalaria dari artemisin disebabkan oleh masuknya molekul ini ke dalam vakuola makanan parasit dan kemudian berinteraksi dengan Fe2+-hem. Interaksi menghasilkan radikal bebas yang menghancurkan komponen vital parasit sehingga mati.
4.     Atovaquon.
Mekanisme kerja atovaquon sebagai antimalaria adalah menghambat elektron transport di mitokondria dan mengganggu membran potensial mitokondria plasmodium.13 Mitokondria merupakan organel subseluler yang terdapat diluar inti. Organel ini memiliki dua membran, membran sebelah luar dan membran sebelah dalam membentuk sejumlah lipatan yang menjorok ke matriks yang disebut krista, struktur ini berhubungan dengan aktivitas pernafasan, sebab protein yang berperan di dalam transport elektron dan fosforilasi oksidatif terikat pada membran sebelah dalam. DNA mitokondria dari Plasmodium terdiri dari 3 komponen elektron transport yaitu: subunit 1 dan 3 sitokrom C oksidase dan apositokrom b.
5.     Golongan lain adalah heparin, dekstran sulfat, fucoidin, chondroitin sulfat.
Mekanisme kerja yang lain adalah dengan menghambat proses invasi plasmodium pada eritrosit. Parasit menginvasi eritrosit melalui 4 tahap yaitu: perlekatan merozoit dengan eritrosit, perubahan mendadak eritrosit yang terinfeksi, invaginasi membran eritrosit dimana parasit melekat dan selanjutnya pembentukan kantong merozoit dan terakhir penutupan kembali membran eritrosit disekeliling parasit. Setelah masuk kedalam eritrosit, merozoit bentuknya membulat dan semua organelnya hilang. Parasit berada dalam membran vakuola parasitophorous dan tampak berbentuk cincin. Proses ini melibatkan ligan yang spesifik dan reseptor.
6.     Golongan antibiotika seperti Tetrasiklin, Klindamisin, dan Kloramfenikol
NO
Nama generik
Nama dagang
Sediaan
pabrik
1
Klorokuin
Chloroquinum
Nivaquine
Riboquin
Resochin
250 mg/ tablet
100 mg, 300 mg/tablet ,25 mg/ml syr
250 mg/ tablet
Aventis
Dexa Medica
Bayer
2
Sulfadoxin + pyrimetamin
Fansidor
Suldox
Per tablet: Sulfadoxine 500mg,
Pyrimethamine 250 mg
Roche
Actavis
3
Eukinin / kinin etil karbonat
(Quinini Aethyl Carbonat )
Euchinin
100 mg / tablet
Kimia Farma
7.      Golongan ini bekerja dengan menghambat sintesis protein dengan berikatan pada ribosom 70 S dari mitokondria parasit sehingga plasmodium tidak dapat mensintesis proteinnya sendiri sebagai akibatnya dapat menghambat pertumbuhan plasmodium tersebut.
G.           spesialite obat-obat malaria


Tidak ada komentar:

Posting Komentar